'/> Pola Interaksi Sosial

Info Populer 2022

Pola Interaksi Sosial

Pola Interaksi Sosial
Pola Interaksi Sosial
Pola Interaksi Sosial

Bentuk jalinan interaksi yang terjadi antara individu dan individu, individu dan kelompok, dan kelompok dan kelompok bersifat dinamis dan mempunyai referensi tertentu. Apabila interaksi sosial tersebut diulang berdasarkan referensi yang sama dan bertahan untuk jangka waktu yang lama, akan terwujud kekerabatan sosial yang relatif mapan.

Pola interaksi sosial mempunyai ciri-ciri sebagai diberikut.
  1. Berdasarkan kedudukan sosial (status) dan peranannya. Contohnya, seorang guru yang bekerjasama dengan pelajar dan siswanya harus mencerminkan sikap seorang guru. Sebaliknya, siswa harus menaati gurunya. 
  2. Merupakan suatu acara yang terus berlanjut dan berakhir pada suatu titik yang merupakan hasil dari acara tadi. Contohnya, dari adanya interaksi, seseorang melaksanakan penyesuaian, pembauran, terjalin kerja sama, adanya persaingan, muncul suatu pertentangan, dan seterusnya. 
  3. Mengandung dinamika. Artinya, dalam proses interaksi sosial terdapat banyak sekali keadaan skor sosial yang diproses, baik yang mengarah pada kesempurnaan maupun kehancuran. Contohnya, penerapan skor-skor agama dalam kehidupan masyarakat sanggup membuat keteraturan sosial. 
  4. Tidak mengenal waktu, tempat, dan keadaan tertentu. Berarti interaksi sosial sanggup terjadi kapan dan di manapun, dan sanggup berakibat nyata atau negatif terhadap kehidupan masyarakat. Contohnya, sebuah sekolah yang dikenal mempunyai disiplin dan tata tertib yang ketat dan mendapat kepercayaan dari masyarakat, pada suatu knorma dan sopan santun menjadi terkotori lantaran ada siswanya yang melaksanakan tindakan amoral.
Klasifikasi interaksi sosial. Berdasarkan bentuknya, interaksi sosial sanggup diklasifikasikan menjadi tiga pola, yaitu sebagai diberikut.

a. Pola Interaksi Individu dengan Individu

Dalam mekanismenya, interaksi ini dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan yang mengakibatkan munculnya beberapa fenomena, menyerupai jarak sosial, perasaan simpati dan antipati, intensitas, dan frekuensi interaksi. Jarak sosial sangat dipengaruhi oleh status dan peranan sosial. Artinya, semakin besar perbedaan status sosial, semakin besar pula jarak sosialnya, dan sebaliknya. Anda mungkin pernah menyaksikan “si kaya” (bersifat superior) yang suka menjaga jarak dengan “si miskin” (bersifat inferior) dalam pergaulan sehari-hari lantaran adanya perbedaan status sosial di antara mereka. Apabila jarak sosial relatif besar, referensi interaksi yang terjadi cenderung bersifat vertikal, sebaliknya apabila jarak sosialnya kecil (tidak tampak), kekerabatan sosialnya akan berlangsung secara horizontal.

Simpati seseorang didasari oleh adanya kesamaan perasaan dalam banyak sekali aspek kehidupan. Sikap ini sanggup pula diartikan sebagai perasaan kagum atau bahagia terhadap orang lain knorma dan sopan santun salah satu pihak melaksanakan sebuah tindakan ataupun terjadi interaksi di antara keduanya. Adapun antipati muncul lantaran adanya perbedaan penafsiran terhadap sesuatu sehingga mengakibatkan perasaan yang berbeda dengan pihak lain.

Dua orang saudara bisa saja tidak saling mengenal akhir intensitas dan frekuensi interaksi di antara keduanya tidak ada atau jarang sekali terjadi. Akan tetapi, dua orang yang gres berkenalan bisa saja menjadi sahabat bahkan saudara lantaran intensitas dan frekuensi interaksinya yang sering.

Pola interaksi individu dengan individu ditekankan pada aspek-aspek individual, yang setiap sikap didasarkan pada impian dan tujuan pribadi, dipengaruhi oleh sosio-psikis pribadi, dan akhir dari kekerabatan menjadi tanggung jawabannya. Contohnya, seseorang sedang tawar menawar barang dengan pedagang di kaki lima; dua manusia sedang berkasih-kasihan; orang-orang bertemu di jalan dan saling menyapa. Untuk mengukur keakraban seseorang, umumnya dipakai sosiometri menyerupai pada skema diberikut ini.

Gambar 1. Sosiometri.

Dari sosiometri tersebut sanggup diketahui beberapa hal diberikut.
  1. Makin sering seseorang berbaur dan bersama dengan orang lain, hubungannya akan semakin baik. Sebaliknya, makin sedikit atau jarang berbaur dan bersama ia akan terasing atau terisolasi. 
  2. Keintiman seseorang sangat bergantung pada frekuensi dan intensitas nya melaksanakan pergaulan. 
  3. Dalam pergaulan, seseorang akan menentukan atau menolak siapa yang akan dijadikan temannya.

b. Pola Interaksi Individu dengan Kelompok

Pola ini merupakan bentuk kekerabatan antara individu dan individu sebagai anggota suatu kelompok yang menggambarkan prosedur acara kelompoknya. Dalam hal ini, setiap sikap didasari kepentingan kelompok, diatur dengan tata cara yang ditentukan kelompoknya, dan segala akhir dari kekerabatan merupakan tanggung tanggapan bersama. Contohnya, kekerabatan antara ketua dengan anggotanya pada karang taruna tidak dikatakan sebagai kekerabatan antar individu, tetapi kekerabatan antar individu dengan kelompok alasannya yakni menggambarkan prosedur kelompoknya. 

Pola interaksi individu dengan kelompok mempunyai beberapa bentuk ideal yang merupakan deskripsi atau citra dari referensi interaksi yang ada di masyarakat. Harold Leavitt, menggambarkan terdapat empat referensi interaksi ideal, yaitu referensi lingkaran, referensi abjad X, referensi abjad Y, dan referensi garis lurus.

Gambar 2. Bentuk-Bentuk Pola Interaksi.

Pola bulat merupakan referensi interaksi yang menunjukkan adanya kebebasan dari setiap anggota untuk bekerjasama dengan pihak manapun dalam kelompoknya (bersifat demokratis), baik secara vertikal maupun horizontal. Akan tetapi, referensi ini susah dalam menentukan keputusan lantaran harus ditetapkan bersama. Pola abjad X dan Y ditandai dengan terbatasnya kekerabatan antar anggota kelompok alasannya yakni kekerabatan harus dilakukan melalui birokrasi yang kaku, tetapi prosedur kelompok simpel terkendali lantaran adanya pemimpin yang sanggup menguasai dan mengatur anggotanya walaupun dipaksakan. 

Pola garis lurus hampir sama dengan referensi abjad X dan Y, yang di dalamnya kekerabatan antaranggota tidak dilakukan secara pribadi atau melalui titik sentral. Akan tetapi, pihak yang akan menjadi perantara dalam kekerabatan tersebut, bergantung pada individu-individu yang akan bekerjasama menyerupai pada referensi lingkaran. Terbatasnya kekerabatan antar anggota pada referensi ini bukan lantaran otoritas pemimpin, melainkan keterbatasan wawasan setiap anggota dalam bekerjasama lantaran watak istiadat dalam masya rakat. Oleh lantaran itu, referensi garis lurus biasanya menyangkut aspek-aspek kehidupan yang khusus. 


c. Pola Interaksi Kelompok dengan Kelompok 

Hubungan ini mempunyai ciri-ciri khusus berdasarkan referensi yang tampak. Pola interaksi antarkelompok sanggup terjadi lantaran aspek etnis, ras, dan agama, termasuk juga di dalamnya perbedaan jenis kelamin dan usia, institusi, partai, organisasi, dan lainnya. Misalnya, kehidupan dalam masyarakat yang saling berbaur walaupun mereka berbeda agama, etnis atau ras; rapat antar fraksi di dewan perwakilan rakyat yang membahas wacana RUU. 

Di antara banyak sekali pendekatan yang dipakai untuk mempelajari interaksi sosial, dijumpai pendekatan yang dikenal dengan nama interaksionisme simbolik. Pendekatan ini bersumber pada anutan George Herbert Mead.
Advertisement

Iklan Sidebar