'/> Makalah Ragam Bahasa Indonesia-Suroboyoan Dalam Komunikasi Via Sms

Info Populer 2022

Makalah Ragam Bahasa Indonesia-Suroboyoan Dalam Komunikasi Via Sms

Makalah Ragam Bahasa Indonesia-Suroboyoan Dalam Komunikasi Via Sms
Makalah Ragam Bahasa Indonesia-Suroboyoan Dalam Komunikasi Via Sms

Oleh:
Anneke Heritaningsih Tupan
atupan@peter.petra.ac.id
BIPA FS-UK PETRA


Abstrak
Lancar berbicara dalam Bahasa Indonesia (BI) ialah kemampuan yang ingin dimiliki oleh setiap Penutur Asing (PA) atau pembelajar yang berguru Bahasa Indonesia. Pernyataan ini tidak sanggup dipungkiri lantaran PA yang berguru BI ingin memakai bahasa yang sedang dipelarinya untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk sanggup mencapai impian tersebut, aspek keseharian dalam diberinteraksi menjadi pecahan yang harus dicermati oleh para pengajar BIPA. Kenyataan dilapangan sanggup menciptakan PA ‘frustasi’ lantaran ragam BI yang dipelajarinya di kelas sering tidak sanggup dipakai sepenuhnya kadab mereka diberinteraksi dengan para penutur asli. Hal ini disebabkan lantaran ragam bahasa yang dipakai penutur asli, dalam konteks pergaulan, kurang atau sama sekali tidak sanggup dipahami PA. Kenyataan ini ialah tantangan bagi pengajar BIPA untuk senantiasa mengupdate materi ajarnya dengan menyisipkan aneka macam latihan guna menjembatani pembelajaran BI di kelas dengan ragam bahasa Indonesia yang dijumpai di luar kelas. Makalah ini bertujuan membagikan pengalaman penulis perihal kiprah dan fungsi ragam bahasa dalam pengajaran BIPA kepada sekelompok mahasiswa Korea yang kuliah di UK Petra. Dalam pengajaran BIPA, penulis menyisipkan pengajaran ragam bahasa Indonesia-Suroboyoan melalui bermacam-macam latihan menulis pesan melalui SMS dari mahasiswa Korea kepada mahasiswa penutur asli.


  1. Penlampauan
Banyak hal yang sanggup menentukan keberhasilan suatu kegiatan pengajaran BIPA, diantaranya motivasi pembelajar, kepakaran dan ketrampilan pengajar, metode pengajaran, dan penyediaan materi latih yang sesuai dengan tujuan pembelajar. Pada makalah ini penulis  membahas salah satu aspek saja, yaitu perancangan materi latih yang bermuatan ragam bahasa Indonesia-Suroboyoan dengan pendekatan komunikatif integratif.
Mengapa ragam bahasa Indonesia-Suroboyoan? Di Indonesia terdapat banyak ragam bahasa, contohnya ragam Bahasa Indonesia resmi, ragam Bahasa Indonesia lokal, ragam Bahasa Indonesia dialek Jakarta, ragam Bahasa Indonesia-Suroboyoan dst. Bila proses berguru BIPA terjadi di luar negeri, mungkin cukup mengajarkan ragam Bahasa Indonesia baku saja tetapi bila proses tersebut berlangsung di Indonesia, perlu dipertidak seimbangkan rancangan penyajian materi ragam Bahasa Indonesia nonbaku. Hal ini dilakukan dengan mempertidak seimbangkan dimana pembelajar (Penutur Asing/PA)  belajar Bahasa Indonesia. Ragam bahasa Indonesia-Suroboyoan dipilih lantaran pembelajar berguru Bahasa Indonesia di Surabaya, di kampus Universitas Nasrani Petra. Dalam diberinteraksi, pembelajar memakai bahasa Indonesia yang dipelajarinya di kelas baik secara verbal maupun tertulis .
Kenyataan yang terjadi di lapangan sanggup menciptakan pembelajar ‘frustasi’ lantaran ragam Bahasa Indonesia yang dipelajarinya di kelas sering tidak sanggup dipakai sepenuhnya kadab mereka diberinteraksi dengan para penutur asli. Hal ini disebabkan lantaran ragam bahasa yang dipakai penutur asli, dalam konteks pergaulan, ialah ragam bahasa Indonesia-Suroboyoan yang  kurang atau sama sekali tidak sanggup dipahami pembelajar. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi pengajar BIPA untuk senantiasa mengupdate materi ajarnya dengan menyisipkan aneka macam latihan, contohnya mengirim pesan melalui SMS,  guna menjembatani pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas dengan ragam bahasa Indonesia-Suroboyoan  yang dijumpai di luar kelas.
           
B.     Pentingnya Perancangan Materi Ajar BIPA dengan Pendekatan Komunikatif Integratif

            Dalam berguru bahasa abnormal dikenal empat macam kepakaran bahasa (four skills), yaitu kepakaran mendengar, membaca, berbicara, dan menulis. Kepakaran mendengar dan membaca bersifat reseptif, sedang kepakaran berbicara dan menulis bersifat produktif. Penguasaan bahasa yang ideal meliputi keempat jenis kepakaran tersebut, walaupun kenyataannya ada siswa yang cepat pakar berbicara tetapi lemah dalam menulis atau sebaliknya (Lado, 1985).
            Terkait retensi atau kemampuan mengingat kembali unsur-unsur bahasa yang sudah dipelajari, kepakaran membaca mempunyai derajat yang paling rendah. Seperti dilaporkan oleh Eskey (1986) pada umumnya pembelajar hanya 10% mengingat dari apa yang mereka baca, 20% dari apa yang mereka dengar, 30% dari apa yang mereka lihat, 50% dari apa yang mereka dengar dan lihat, 70% dari apa yang mereka katakan dan tulis, dan 90% dari apa yang mereka katakan menyerupai yang mereka lakukan. Mengingat rendahnya kemampuan mengingat dari apa yang mereka baca dan dengar dalam proses berguru bahasa asing, maka pelajaran membaca, mendengar, dan berbicara harus menerima perhatian yang seksama.
            Penggunaan pendekatan yang sempurna dan pemilihan materi latih yang fungsional mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran bahasa asing. Seperti dijelaskan oleh Klippel (1987, p. 4) para pembelajar yang termasuk lower-level cognitive skills memerlukan materi pelajaran yang menekankan identifikasi bentuk; sedangkan para pembelajar yang termasuk higher-level cognitive skills memerlukan materi pelajaran yang menekankan interpretasi arti. Oleh lantaran itu, dalam merancang materi ajar  BIPA yang ditujukan untuk lower-level cognitive skills, atau disebut kelas pemula, penulis menentukan materi latih yang fungsional dan memakai pendekatan komunikatif integratif. Penggunaan pendekatan tertentu berafiliasi dengan jenis kepakaran dan materi yang dipelajari. Kelas pemula ini biasanya ditandai oleh kemampuan berkomunikasi secara minimal perihal materi yang dipelajari,  
            Pendekatan komunikatif integratif ialah pendekatan dalam pembelajaran bahasa yang menekankan aspek komunikatif dan integratif. Komunikatif diartikan sebagai pendekatan yang mengutamakan pembelajar dalam memakai bahasa target untuk berkomunikasi secara aktif. Hal in berarti bahwa konsentrasi pembelajaran terletak pada penggunaan bahasa dalam konteks kehidupan sehari-hari.
            Sedangkan yang dimaksud dengan integratif ialah keterpaduan penggunaan empat kepakaran bahasa yaitu mendengar, membaca, berbicara, dan menulis. Dalam pendekatan integratif, pembelajar juga dilibatkan dalam acara di kelas dan di luar kelas, baik dalam bentuk kiprah terstruktur maupun dalam berpengenalan dengan masyarakat di sekitarnya. Dalam hal ini, pembelajar  didiberi latihan verbal di kelas dengan cara bermain kiprah dan didiberi kiprah untuk berkomunikasi secara tertulis dengan penutur orisinil dengan cara mengirim pesan melalui SMS. Pengalaman inilah yang akan dibagikan penulis kadab mengajar mahasiswa Korea di kampus UK Petra, mulai dari pemilihan materi, penyajian materi, pemdiberian tugas/latihan hingga dengan pembahasan tugas.

C.    Pertidak seimbangan Pemilihan Materi
Dalam menentukan dan menentukan materi ajar, penulis memakai beberapa aspek diberikut ini sebagai materi pertidak seimbangan

1.      Tujuan Pengajaran (umum, khusus, sasaran)
Merumuskan tujuan umum pengajaran Bahasa Indonesia yang akan dicapai, yaitu sanggup menguasai Bahasa Indonesia secara komunikatif. Tujuan khusus ialah tujuan yang dikaitkan dengan bidang tertentu dan target ialah tujuan khusus yang ludang keringh sempit lagi, contohnya dalam batas-batas tertentu.

2.      Aspek-aspek Linguistik
Materi latih yang sudah ditentukan dipilah-pilah dan diklasifikasikan menurut satuan-satuan linguistik, contohnya kosakata, fonologi, morfologi, frasa, klausa, sintaksis dan wacana.

3.      Latar belakang pembelajar dan kebudayaan
Materi latih yang dipilih dikaitkan dengan latar belakang kondisi pembelajar, contohnya usia (anak2, remaja, dewasa), tingkat pendidikan, kecenderungan minat pembelajar, kebudayaan pembelajar dan kebudayaan Indonesia.

4.      Jangka waktu yang dibutuhkan
Menentukan batasan dan jumlah materi latih harus diubahsuaikan dengan tujuan yang telah dirumuskan. Misalnya, untuk mencapai tujuan tertentu dengan batasan dan jumlah materi tertentu diharapkan waktu 30 jam dengan rincian 2x tatap muka/minggu a’ 2 jam. Makara waktu yang diharapkan ialah 10 minggu.

5.      Tempat berlangsungnya proses berguru mengajar Bahasa Indonesia
Bila proses berguru mengajar Bahasa Indonesia dilakukan di Indonesia, maka ragam bahasa setempat harus diperkenalkan kepada pembelajar. Hal ini sangat penting untuk dilakukan semoga pembelajar mencicipi pribadi bahwa Bahasa Indonesia yang dipelajarinya di kelas sangat berterima kadab dipakai untuk diberinteraksi diluar kelas dengan penutur asli/masyarakat.



6.      Suasana percakapan
Suasana dan latarbelakang percakapan yang diajarkan harus bervariasi, contohnya di pasar, di kantor, di toko, di Terminal bis/stasiun/bandara atau pertemuan yang tidak terduga menyerupai di mall, di restoran dst.

7.      Penguasaan Bahasa Indonesia calon pembelajar.
Apakah calon pembelajar sudah pernah berguru Bahasa indonesia sebelumnya atau calon pembelajar belum pernah relajar Bahasa Indonesia sama sekali.

D.    Penyajian Materi Ajar
            Sesuai dengan pendekatan komunikatif integratif, materi latih disajikan dalam bentuk percakapan/obrolan yang dalam proses berguru mengajarnya meliputi empat kepakaran bahasa, yaitu mendengar, membaca, berbicara, dan menulis. Percakapan sebagai materi latih sanggup dimulai dengan membaca menyerupai yang disarankan oleh  Nunan (1990) yaitu Guru memdiberi teladan dengan membaca seluruh percakapan dan pembelajar mendengarkan/menyimak dengan seksama. Setelah itu pembelajar diminta untuk bermain kiprah secara bergantian dengan sesama temannya. Untuk megembangkan kosakata, pembelajar diminta untuk mengganti kata kunci dengan kata-kata lain dengan memperhatikan unsur tata bahasa (mencakup klarifikasi struktur dan pembinaan pola struktur). Bentuk materi pembinaan sanggup disajikan dalam bentuk substitusi, pencocokan jalaban, pertanyaan dll. Untuk kegiatan menulis, pembelajar didiberi kiprah untuk menyusun kata-kata yang diacak menjadi sebuah kalimat atau berkomunikasi secara tertulis melalui SMS dengan sobat penutur orisinil yang telah didiberi kiprah untuk membantu pembelajar.
            Materi latih ini disajikan secara sedikit demi sedikit sesuai kebutuhan pembelajar sehingga sanggup pribadi dipakai pembelajar untuk diberinteraksi verbal atau tertulis dengan sesama temannya dalam kehidupan seharĂ­-hari. Biasanya pembelajar dibantu oleh sesama mahasiswa, yaitu penutur orisinil yang didiberi kiprah pendampingan. Tujuan pendampingan ini ialah semoga pembelajar sanggup mengikuti keadaan dengan lingkungannya  dan memakai bahasa yang dipelajarinya dalam komunitas mahasiswa penutur orisinil yang berbahasa Indonesia dengan ragam bahasa Suroboyoan.

1.      Pertemuan di kampus UK Petra
(Percakapan dibawah ini sanggup dibaca dengan saling bertukar peran, sesudah itu pembelajar didiberi kiprah untuk mengganti beberapa kata kunci dengan kata lain untuk menambah kosakata)

Woo Pyong     : Selamat Pagi
Herman           : Selamat Pagi
Woo Pyong     : Boleh saya bertanya?
Herman           : Silahkan. Mau Tanya apa?
Woo Pyong     : Dimana kelas Bahasa Indonesia?
Herman           : Oh, di lantai dua, Ruang B 201
Woo Pyong     : Terimakasih
Herman           : Sama-sama

 Selamat Siang                           Kantin                      di pojok/di ujung
 Selamat Malam             Kamar kecil               di kiri/ di kanan

 Terimakasih                  Sama-sama               Boleh saya bertanya?  
 Makasih                        Kembali                    Boleh tanya, ya?
                                                                         Boleh nanya, ya?                   








Pemahaman:
Jawablah pertanyaan-pertanyaan ini dengan singkat

a.       Siapa yang bertanya kepada Herman?
b.      Sudah kenalkah Herman pada Woo Pyong?
c.       Apa yang ditanyakan Woo Pyong?
d.      Mengapa Woo Pyong bertanya?
e.       Apakah Woo Pyong orang gres di kampus UK Petra
f.       Dari mana Anda tahu kalau Woo Pyong orang gres di kampus UK Petra?
g.      Dapatkah Herman membantu Woo Pyong?

2.      Pertemuan di Kelas Bahasa Indonesia
      Woo Pyong     : Selamat Pagi, Pak
      Guru                : Selamat Pagi
      Woo Pyong     : Apakah ini kelas bahasa Indonesia?
      Guru                : Ya, benar. Anda siapa?
      Woo Pyong     : Saya Woo Pyong, dari Korea. Saya  mau berguru Bahasa
Indonesia
      Guru                : Oh, silahkan masuk. Saya sedang menunggu Anda
      Woo Pyong     : Terimakasih, Pak.

Saya mau    makan      nasi/roti
                    minum     air/teh/kopi
                    mandi
                    belajar     bahasa
                    duduk
                    pulang
Saya mau   ke  kampus
                        mall
                        kantin
                        supermarket
                        dokter
                        kamar kecil
     
      Pemahaman:
      Pilihlah kata yang paling sempurna untuk mekompliti kalimat diberikut.
     
a.       Wo Pyong memdiberi ………………… kepada seorang bapak
b.      Wo Pyong sedang mencari kelas …………………….
c.       Bapak Guru …………………. Wo Pyong ke dalam kelas.
d.      Bapak Guru sedang ……………………..  Wo Pyong
e.       Bapak Guru sudah ……………. kalau Wo Pyong akan tiba hari itu.


ucapan                             Bahasa Korea               Bahasa Indonesia         
menunggu                       mengetahui                    mempersilahkan

     

3.      Bacalah SMS diberikut ini.
(Dengan derma guru, pembelajar membaca dan memahami isi SMS. Kemudian guru mengecek pemahaman pembelajar dan sesudah itu pembelajar diminta untuk menciptakan jawabanan atas SMS tersebut)
                       
                        (a)

Jangan lupa, besok rapat pleno di T AV 501 jam 10. Bilang Aryo, saya agak terlambat , ada kelas MPL – Ratih –

(J lp bsk d rpt pleno d T AV 501 j 10. Bil aryo sy tlt d kls MPL – Ratih-)


      (b)

Mbak, bilang ke ibu kos saya pulang malam, ada kiprah terus rapat PHMJ – Mega –

(mb, bil b kos aq pul mlm d tgs trs rpt PHMJ – Mega-)


      ©

Selamat Ulang tahun, Maya. Ke? Jangan lupa ngajak saya kalo mau nraktir – Dio –

(S ultah, Maya, ke? J lp ngjk aq klo m nrkt – Dio-)


      (d)

Mas, jemput saya di depan wartel aja, ya. Jam 2 tepat. Jangan telat
- Nuri -

(ms, jmpt sy di dpn wrtl j ya, j 2 tpt. J tlt – Nuri –)


Apa maksud dari SMS tersebut di atas? Isilah pecahan kalimat yang kosong diberikut ini dengan kata yang tepat.
a.       Ratih mau temannya tidak .................... perihal rapat pleno besok.
b.      Mega minta .................... kepada temannya.
c.       Dio mengucapkan .................................... kepada Maya.
d.      Nuri minta ...................................... di depan wartel jam 14:00.

4.      Jawaban SMS pembelajar

(a)

Maaf, Ratih. Saya rapat terlambat. Ada quiz hingga jam 11 (Mee Ding)

      (b)

Ya, hati-hati. Terimakasih (Yoo Ming)


      (c)

Terimakasih. Umur saya ke 20 (Sue Ling)


      (d)

Baik. Jam 2 saya tiba jemput. Terimakasih (Woo Pyong)



5.      Contoh SMS antar pembelajar dengan sobat penutur asli

Contoh:

Pyong, aq tunggu di kantin. Cepet, yo. Selak abis makanan favmu.
- Agus -



Ya. Saya sedang berjalan. Tolong pesan Selak Abis. Enak, ya? Dingin? - Pyong



Ngawur, kon. Maksudku sate ayam kesukaanmu. Ayo cepetaaaan – Agus



Catatan:
Dari jawabanan SMS Pyong, tampak bahwa Pyong kurang memahami isi SMS dari Agus. Kadab dilema ini didiskusikan di kelas, diketahui bahwa ketidak mengertian Pyong disebabkan Agus memakai bahasa Indonesia Suroboyoan. Untuk latihan selanjutnya, guru membantu Pyong  memperkaya Bahasa Indonesianya dengan ragam bahasa kawasan Surabaya.

6.      Kata Tanya dalam Bahasa Indonesia
a.   Kata Tanya untuk menanyakan tempat:
      di mana, di manakah
      ke mana, ke manakah
      dari mana, dari manakah
                        b.   Kata Tanya untuk menanyakan waktu:
                              bila, kapan, bilakah, kapankah
                        c.   Kata Tanya untuk menanyakan orang:
                              siapa, siapakah
e.       Kata Tanya untuk menanyakan cara:
bagaimana, bagaimanakah
f.       Kata Tanya untuk menanyakan alasan:
mengana, mengapakah
g.      Kata Tanya untuk menanyakan sesuatu atau keadaan:
apa, apakah

            Berdasarkan teladan materi latih tersebut di atas dan cara penyajian yang dikemukakan, sanggup terlihat dengan terperinci bahwa materi dan penyajiannya sangat bersahabat dengan keberadaan kehidupan pembelajar seharĂ­-hari (fungsional). Materi latih ini memang sengaja dirancang sedemikian rupa semoga pembelajar sanggup mempraktikan pribadi apa yang gres dipelajarinya di kelas dalam kebutuhannya diberinteraksi dengan teman-temannya di luar kelas. Penulis memakai metode pribadi dalam penyajian materi latih BIPA, yaitu hanya memakai Bahasa Indonesia kecuali dalam keadaan terpaksa, penulis memakai bahasa Inggris.

E.     Kesimpulan dan Saran
            Dalam merancang materi latih BIPA, penggunaan materi latih yang fungsional dengan pendekatan komunikatif integratif memdiberikan hasil yang cukup menggembirakan. Masukan yang diperoleh guru dari pembelajar melalui latihan yang didiberikan di kelas maupun di luar kelas, sebaiknya dipakai untuk memperkaya latihan diberikutnya. Dengan kata lain, selama proses berguru mengajar berlangsung maka materi latih selalu terbuka untuk dimodifikasi sesuai kebutuhan pembelajar.
            Bantuan yang didiberikan kepada pembelajar berupa pendampingan oleh mahasiswa penutur orisinil sangat berkhasiat. Kadab pembelajar menerima kesusahan di luar kelas, ybs sanggup segera menghubungi mahasiswa pendamping yang ditunjuk dan menerima derma yang diharapkan tanpa harus menunggu atau merasa kudang keringngungan terutama kadab kesusahan yang dihadapi terkait ragam bahasa Indonesia-Suroboyoan. Penulis menyarankan bahwa sebaiknya guru BIPA sedikitnya menguasai dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
     

REFERENSI

Dubin, F, and D.E Eskey and W Grabe. 1986. Teaching Second Language: Reading for Acsejukic Purposes. Addison: Wesley Publishing Co.

      Klippel, F. 1987. Keep Talking: Communicative Fluency activities for Language
               Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.

Lado, R. 1985. Memory Span as a Factor in Second Language Learning, dalam IRAL 3:23-129.

     Nunan, D. 1990. Designing Tasks for Communicative Classroom. Cambridge: Cambridge University Press.


Advertisement

Iklan Sidebar