'/> Makalah Ejaan Yang Disempurnakan (Eyd)

Info Populer 2022

Makalah Ejaan Yang Disempurnakan (Eyd)

Makalah Ejaan Yang Disempurnakan (Eyd)
Makalah Ejaan Yang Disempurnakan (Eyd)
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Ada dua masalah yang melatari penerapan EYD sebagai salah satu kriteria kelayakan sebuah naskah. Kasus pertama yaitu terkadang tidak mampunya Pedoman EYD mentpendapat beberapa duduk masalah dalam masalah tatatulis naskah, baik dalam penggunaan kata baku, istilah, tanda baca, maupun singkatan/akronim. Kasus kedua yaitu kurangnya pemahaman penulis naskah, termasuk penerjemah, terhadap EYD itu sendiri sehingga kesalahan-kesalahan elementer dalam penulisan naskah masih sering terjadi, menyerupai penggunaan kata nonbaku dan penggunaan tanda baca yang keliru.
Dalam masalah pertama, buku Pedoman EYD ataupun Kamus Besar Bahasa Indonesia, tidak bisa semata-mata dijadikan teladan untuk mepenilaian kelayakan naskah, pun termasuk dijadikan satu-satunya rujukan untuk penyuntingan naskah. Karena itu, para penulis ataupun penerbit perlu mencari solusi kebahasaan yang lain dan memutuskan suatu keputusan yang ajek sebagai gaya penulisan.
Sebetulnya masalah untuk masalah pertama ini sudah usang dikaji dan balasannya muncullah gagasan menciptakan semacam buku pedoman gaya selingkung (house style) penerbitan dalam bahasa Indonesia. Pada awalnya gagasan ini akan dilaksanakan oleh Pusat Perbukuan Depdiknas. Akan tetapi, entah mengapa hingga kini buku pedoman gaya selingkung ini tidak pernah selesai.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara penggunaan EYD yang benar pada penulisan abjad dan kata?
2.      Bagaimana cara penggunaan EYD yang benar pada penulisan partikel,singkatan,akronim dan angka?
3.      Bagaimana cara penggunaan tanda baca yang benar sesuai dengan EYD
C.     Tujuan Makalah
1.      mengidentifikasi penggunaan EYD yang benar dan baku
2.      mengidentifikasi penulisan kata yang benar sesuai dengan  EYD

D.     Manfaat Makalah
Makalah ini memberi manfaat sebagai teladan pembelajaran EYD yang ludang kecepeh paling manis untuk masa yang akan dating,minimal untuk materi kajian yang mengacu kepada kemajuan dimasa yang akan datang.



























BAB II
LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

A.     Asep Syamsul M. Romli ( dosen mata kuliah bahasa jurnalistik) menjelaskan tugas EYD dan penggunaan EYD dalam bahasa jurnalistik. Beliau menjelaskan, EYD merupakan hukum tata Bahasa Indonesia yang baku. Peran EYD yakni sebagai pedoman umum bagi para pengguna Bahasa Indonesia. Siapa pun, kapan pun, dimana pun menggunakan EYD secara benar dan baik, maka harus mengacu pada EYD yang sesuai dengan Undang-Undang dan Pancasila. EYD pun mempunyai pengecualian, biasanya pada penulisan judul. EYD yang digunakan ketika ini ialah EYD yang telah disepakati oleh 3 negara yakni Indonesia, Malaysia dan Bruneidarussalam.
B.     Ejaan yang Disempurnakan (EYD) tetap menjadi teladan bagi para penerbit yang menyadari pentingnya penerapan bahasa secara sesuai ketentuan dalam karya atau produk berjulukan buku. Karena itu, bagi banyak penerbit, salah satu poin kriteria kelayakan naskah ialah naskah ditulis dengan bahasa Indonesia yang sesuai ketentuan atau mengikuti pedoman EYD, terutama untuk naskah-naskah nonfiksi. Namun, dalam praktiknya, penerapan EYD tidak sepenuhnya bisa dilaksanakan oleh penerbit serta tidak tiruananya naskah ditulis dengan penerapan EYD.














BAB III
PEMBAHASAN

A.     Penggunaan EYD yang benar pada penulisan abjad dan kata
1.      Penggunaan Huruf Kapital
a.       Jabatan tidak diikuti nama orang
Dalam butir 5 Pedoman EYD dinyatakan, abjad kapital digunakan sebagai abjad pertama unsure nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Contoh, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Gubernur Jawa Barat, Profesor Jalaluddin Rakhmat, Sekretaris Jendral, Departemen Pendidikan Nasional. Jabatan tidak diikuti nama orang tidak menggunakan abjad kapital. Contoh, Menurut bupati, anggaran untuk pendidikan naik 25 % dari tahun sebelumnya.
b.      Huruf pertama nama bangsa
Dalam butir 7 dinyatakan, abjad kapital digunakan sebagai abjad pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Contoh, bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris.
Ditegaskan, abjad kapital tidak digunakan sebagai abjad pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa yang digunakan bentuk dasar kata turun. Contoh : ke-Sunda-Sundaan,ke-Inggris-Inggrisan,ke-Batak-Batakan, meng Indonesiakan.Seharusnya : kesunda-sundaan, keinggris- inggrisan, kebatak-batakan, mengindonesiakan.
c.       Nama geografi sebagai nama jenis
Dalam butir 9 ditegaskan, abjad kapital tidak digunakan sebagai abjad pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Contoh, berlayar ke teluk, mandi di kali, menyebrangi selat, pergi ke arah tenggara, kacang bogor, salak bali, pisang ambon, pepaya bangkok, nanas subang, tahu sumedang, peuyeum bandung dan telur brebes.
d.      Setiap unsur bentuk ulang sempurna
Dalam butir 11 dinyatakan, abjad kapital digunakan sebagai abjad pertama setiap unsur bentuk ulang tepat yang terdapat pada nama tubuh forum pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Contoh, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Yayasan Ahli-Ahli Bedah Plastik Jawa Barat, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Garis-Garis Besar Haluan Negara.
e.       Penulisan kata depan dan kata sambung
Dalam butir 12 dinyatakan, abjad kapital digunakan sebagai abjad pertama tiruana kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata menyerupai di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Biasanya digunakan pada penulisan judul cerpen, novel. Contoh, Harimau Tua dan Ayam Centil, Hari-Hari Penantian dalam Gua  Neraka, Kado untuk Setan, Taksi yang Menghilang.
2.      Penulisan Huruf Miring
a.       Penulisan nama buku
Pada butir 1 pedoman penulisan abjad miring ditegaskan, abjad miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Contoh, Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Sunda Mangle, Surat Kabar Bandung Pos.
b.      Penulisan penegasan kata dan penulisan bahasa asing
Butir 2 pedoman penulisan abjad miring menyatakan, abjad miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, potongan kata, kata, atau kelompok kata.
Contoh, boat modeling, aeromodeling, motorsport.

c.       Penulisan kata ilmiah
Butir 3 pedoman penulisan abjad miring menegaskan, abjad miring dan cetakan digunakan untuk menuliskan kata nama ilmiah dan ungkapan ajaib kecuali yang telah diubahsuaikan ejaannya. Contoh, royal-purple amethyst, crysacola, turqoisa, rhizopoda, lactobacillus, dsb.
3.      Penulisan Kata Turunan
a.       Gabungan kata sanggup awalan akhiran
Butir 3 pedoman kata turunan menegaskan, bila bentuk dasar yang berupa adonan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur adonan kata itu ditulis serangkai. Contoh, bertepuk tangan, garis bawahi, dilipatgandakan, sebar luaskan.
b.      Gabungan kata dalam kombinasi
Butir 4 pedoman penulisan kata turunan menyatakan, bila salah satu unsur adonan kata hanya digunakan dalam kombinasi, adonan kata itu ditulis serangkai. Contoh, antarkota, antarsiswa, antipornografi, antikekerasan, anti-Amerika, audiovisual, demoralisasi, dwiwarna, dwibahasa, ekasila, ekstrakulikuler, interkoneksi, intrakampus, multifungsi, pramuwisma, tunakarya, tunarungu, prasejarah, pascapanen, tridaya, rekondisi.
4.      Penulisan Gabungan Kata
a.       Penulisan adonan kata istilah khusus
Butir 2 pedoman penulisan adonan kata mengingatkan, adonan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menjadikan kesalahan pengertian sanggup ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan. Contoh; alat pandang- dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami.
b.       Penulisan adonan kata serangkai
Butir 3 pedoman penulisan adonan kata menegaskan, adonan kata memberikankut harus ditulis serangkai. Contoh, acapkali, adakalanya, akhirulkalam, daripada, darmawisata, belasungkawa, dukacita, kacamata, kasatmata, mabengala, manasuka, matahari, olahraga, padahal, peribahasa, radioaktif, saptamarga, saripati, sediakala, segitiga, sekalipun, sukacita, sukarela, sukaria, titimangsa.
B.     Penggunaan EYD yang benar pada partikel, singkatan, akronim, dan angka.
1.      PENULISAN PARTIKEL
Penulisan partikel -lah, -kah, dan –tah Pedoman EYD memutuskan ketentuan pertama menyatakan partikel -lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang menberlalu dan silaminya. Contoh: bacalah, tidurlah, apakah,  siapakah, apatah.
a.      Penulisan partikel pun
Butir 2 wacana penulisan partikel mengingatkan, partikel pun dituliskan terpisah dari kata yang menberlalu dan silaminya.
b.      Penulisan partikel per
Butir 3 wacana penulisan partikel menyebutkan, pertikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari potongan kalimat yang menberlalu dan silami atau mengikutinya.
2.      PENULISAN SINGKATAN
Pedoman EYD menegaskan, singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu abjad atau ludang kecepeh. Singkatan nama resmi forum pemerintah dan ketatanegaraan, tubuh atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas abjad awal kata ditulis dengan abjad kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.


a.       Penulisan singkatan umum tiga huruf
Pedoman EYD mengingatkan, singkatan umum yang terdiri atas tiga abjad atau ludang kecepeh diikuti satu tanda titik. Kaidah bahasa jurnalistik dengan tegas melarang pemakaian singkatan umum menyerupai ini dalam setiap karya jurnalistik menyerupai tajuk renacana, pojok, artikel, kolom, surat pembaca, memberikanta, teks foto, feature. Bahasa jurnalistik juga dengan tegas melarang penggunaan singkatan jenis ini dalam judul tajuk, artikel, surat pembaca, atau judul-judul memberikanta.
b.      Penulisan singkatan mata uang
Pedoman EYD menegaskan, lambang kimia, singkatan satuan ukuran , dosis, berat sebelahan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
3.      PENULISAN AKRONIM
Menurut Pedoman EYD, abreviasi ialah singkatan yang berupa adonan abjad awal, adonan suku kata, ataupun adonan abjad dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
Pertama, abreviasi nama diri berupa gabunga suku kata. Kedua, abreviasi yang bukan nama diri berupa adonan huruf.
a.       Akronim nama diri
Pedoman EYD menyatakan, abreviasi nama diri yag berupa adonan suku kata atau adonan abjad dan suku kata dari deret kata ditulis dengan abjad awal abjad kapital.
b.      Akronim bukan nama diri
Menurut Pedoman EYD, abreviasi yang bukan nama diri yang berupa adonan huruf, suku kata, ataupun adonan abjad dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan abjad kecil.
Sebagai catatan, Pedoman EYD mengingatkan, bila dianggap perlu membentuk akronim, maka harus diperhatikan dua syarat
Pertama, jumlah suku abreviasi jangan meludang kecepehi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia.
Kedua, abreviasi dibuat yang sesuai dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim
4.      PENULISAN ANGKA
Pedoman EYD memutuskan empat jenis penulisan angka,
Pertama, angka digunakan untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Dalam goresan pena lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Kedua, angka digunakan untuk menyatakan :
(1) ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
(2) satuan waktu,
(3) evaluasi uang, dan
(4) kuanitas.
Ketiga, angka lazim digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, aparteman, atau kamar pada alamat.
Keempat, angka digunakan juga untuk menomori potongan karangan dan ayat kitab suci.
5.      PENULISAN LAMBANG BILANGAN
Dari delapan jenis penulisan bilangan yang diatur dalam Pedoman EYD, empat diantaranya perlu dibahas disini. Ini mengingat apa yang dibolehkan dalam Pedoman EYD, belum tentu dibolehkan pula dalam bahsa jurnalistik.
a.      Penulisan lambang bilangan satu-dua kata
Pedoman EYD menetapkan, penulisan lambang bilangan yang sanggup dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan abjad kecuali bila beberapa lambang bilangan digunakan secara berurutan, menyerupai dalam perincian dan pemaparan.
b.      Penulisan lambang bilangan awal kalimat
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak sanggup dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
c.       Penulisan lambang bilangan utuh
Angka yang membuktikan bilangan utuh yang besar sanggup dieja sebagian biar ludang kecepeh memperringan dan sepele dibaca. Ketentuan dalam Pedoman EYD ini sangat sejalan dengan kaidah bahasa jurnalistik yang senantiasa menuntut kesederhanaan dan kememperringan dan sepelean.
d.      Penulisan lambang bilangan angka-huruf
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan abjad sekaligus dalam teks kecuali didalam dokumen resmi menyerupai sertifikat dan kuitansi. (ash3).com

C.     Penggunaan Tanda Baca
1.      Tanda Titik (. )
a.      Tanda titik digunakan pada selesai kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya: Ayahku tinggal di Solo.
               Biarlah mereka duduk di sana.
               Dia menanyakan siapa yang akan datang.
b.      Tanda titik digunakan pada selesai singkatan nama orang.
  Misalnya:  A. S. Kramawijaya
Muh. Yamin
c.       Tanda titik digunakan pada selesai singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan
Misalnya: Bc. Hk.              (Bakalaureat Hukum)
             Dr.                   (Doktor)
          
2.      Tanda Koma ( , )
a.       Tanda koma digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.

Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
 Satu, dua, . . . tiga! 
b.      Tanda koma digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara memberikankutnya yang diberlalu dan silami oleh kata tetapi dan melainkan. 
Misalnya:  Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
                Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim. 
3.      Tanda Titik Koma (; ) 
a.       Tanda titik koma sanggup digunakan untuk memisahkan bagian­bagian kalimat yang homogen dan setara. 
Misalnya: Malam makin larut; kami belum selesai juga. 
b.      Tanda titik koma sanggup digunakan untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat beragam sebagai pengganti kata penghubung. 
Misalnya: Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama hero nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.

4.      Tanda Titik Dua ( : ) 
a.       Tanda titik dua digunakan pada selesai suatu pernyataan tidak ada yang kurang bila diikuti rangkaian atau pemerian. 
Misalnva: Yang kita perlukan kini ialah barang yang memberikankut: kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonorni
Umum dan Ekonomi Perusahaan. 
b.      Tanda titik dua digunakan setelah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
   Misalnya:    a.  Ketua      : Ahmad Wijaya
                     Sekretaris : S. Handayani
                     Bendahara : B. Hartawan
b. Tempat sidang    : Ruang 104
    Pengantar Acara : Bambang S.
    Hari                  : Senin
    Jam                  : 9.30 pagi 
5.      Tanda Hubung ( - ) 
a.       Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
... ada cara ba­-
ru juga. 
Suku kata yang terdiri atas satu abjad tidak dipenggal biar jangan terdapat satu abjad saja pada ujung baris. 
b.      Tanda hubung menyambung awalan dengan potongan kata di belakangnya, atau akhiran dengan potongan kata di depannya pada
Misalnya:
.. . cara gres meng­-
ukur kepanasan.
... cara gres me-
­ngukur kelapa.
... alat pertahan­-
an yang baru.
Akhiran -i tidak dipenggal biar jangan terdapat satu abjad saja pada mula dan akar baris.
c.       Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:  anak-anak
berulang-ulang
dibolak-balikkan
kemerah-merahan
Tanda ulang (2) hanya digunakan pada goresan pena cepat dan notula, dan tidak digunakan pada teks karangan.
6.      Tanda Pisah ( - )
a.       Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memmemberikan penjelasan
  
khusus di luar berdiri kalimat. 
Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu -saya yakin akan tercapai- diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri. 
b.      Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi ludang kecepeh jelas. 
Misalnya: Rangkaian inovasi ini-evolusi, teori kenismampun, dan kini juga pembedahan atom- tidak men­gubah konsepsi kita wacana alam semesta.
7.      Tanda Elipsis ( ... )
 
a.       Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.

Misalnya: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak. 
b.      Tanda elipsis memperlihatkan bahwa dalam suatu pnorma dan sopan santunn ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti ludang kecepeh lanjut.
  1. Tanda Tanya ( ? )
a.       Tanda tanya digunakan pada selesai kalimat tanya
 Misalnya: Kapan ia berangkat?
                  Saudara tahu bukan?
b.      Tanda tanya digunakan di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang sanggup dibuktikan kebenarannya.
Misalnya: la dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang. 
  1. Tanda Seru (!) 
Tanda seru digunakan setelah ungkapan atau pernyataan yang berupa permintaan atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat. 
Misalnya: Alangkah seramnya insiden itu!
              Bersihkan kamar ini kini juga!
              Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak- istrinya!
              Merdeka! 
  1. Tanda Kurung (   ) 
a.       Tanda kurung mengapit embel-embel keterangan atau penjelasan. 
Misalnya: DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai. 
b.      Tanda kurung mengapit keterangan atau klarifikasi yang bukan potongan integral pokok pembicaraan. 
Misalnya:  Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama daerah yang dikenal dan banyak digunakan di Bali) ditulis pada tahun 1962
c.       Tanda kurung mengapit angka atau abjad yang memerinci satu seri keterangan. Angka atau abjad itu sanggup juga diikuti oleh kurung tutup saja.
Misalnya:  Faktor-faktor produksi menyangkut masalah memberikankut:
               (a) alam,
               (b) tenaga kerja, dan
               (c) modal.
Faktor-faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.  
  1. Tanda Kurung Siku ([... ]) 
a.       Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau embel-embel pada kalimat atau potongan kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu jadi aba-aba bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah asal.         
Misalnya: Sang Sapurba men[d] engar suara gemerisik. 
b.      Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. 
Misalnya: (Perbedaan antara dua macam proses ini [lihat BabI] tidak dibicarakan.) 
12.  Tanda Petik ("... ") 
a.       Tanda petik mengapit pnorma dan sopan santunn eksklusif yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau materi tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.  
Misalnya:  "Sudah siap?" tanya Awal.
              "Saya belum siap," seru Mira, "tunggu sebentar!" 
b.      Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan potongan buku, apabila digunakan dalam kalimat. 
Misalnya:  Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat
13.  Tanda Petik Tunggal ( ' ... ' ) 
a.       Tanda petik tunggal mengapit pnorma dan sopan santunn yang tersusun di dalam pnorma dan sopan santunn lain.       
Misalnya:  Tanya Basri, "Kaudengar suara 'kring-kring' tadi?"
               "Waktu kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang',
               dan rasa letihku lenyap seknorma dan sopan santun," ujar Pak Hamdan.
b.      Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau klarifikasi kata atau ungkapan ajaib (Lihat pemakaian tanada kurung) 
Misalnya:  rate of inflation          ’laju inflasi’

14.  Tanda Ulang ( ...2 ) (angka 2 biasa) 
Tanda ulang sanggup digunakan dalam goresan pena cepat dan notula untuk menyatakan pengulangan kata dasar.           
Misalnya:  kata2
              ludang kecepeh2
              sekali2 
15.  Tanda Garis Miring ( / ) 
a.       Tanda garis miring digunakan dalam penomoran kode surat
Misalnya: No. 7/PK/1973 
b.      Tanda garis miring digunakan sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor alamat. 
Misalnya:  mahasiswa/mahasiswi
              harganya Rp 15,00/lembar
              Jalan Daksinapati IV/3 
16.  Tanda Penyingkat (Apostrof) ( ' ) 
Tanda apostrof memperlihatkan penghilangan potongan kata. 
Misalnya:  Ali 'kan kusurati        ('kan = akan)  Malam 'lah tiba        ('lah = telah)


  

BAB IV
Kesimpulan
            Ejaan merupakan keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang-lambang suara ujaran dan bagaimana interrelasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa. Ejaan yang disempurnakan bertujuan untuk sanggup berkomunikasi dengan bahasa indonesia yang baik dan benar. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam EYD, menyerupai :
1. Pemakaian huruf   
3. Penulisan kata

4. Pemakaian tanda baca 
Advertisement

Iklan Sidebar