'/> Proses Disosiatif Dalam Interaksi Sosial Dan Keteraturan

Info Populer 2022

Proses Disosiatif Dalam Interaksi Sosial Dan Keteraturan

Proses Disosiatif Dalam Interaksi Sosial Dan Keteraturan
Proses Disosiatif Dalam Interaksi Sosial Dan Keteraturan
Proses Disosiatif

Dalam interaksi sosial yang terjadi di masyarakat, untuk mencapai tujuan bersama, wujudnya sanggup berupa kolaborasi ataupun kontradiksi atau pertikaian. Kerja sama tidak serta merta selalu baik, tanpa adanya keteraturan sosial di masyarakat, kolaborasi pun akan mengalami penyimpangan-penyimpangan atau menjadi tidak sehat dan bukan mustahil sanggup menimbulkan permusuhan. Contohnya, kalau Anda bekerja sama dalam kiprah kelompok dari guru, kemudian sobat yang Anda pilih selalu teman-teman berprestasi di kelas, tanpa memperhatikan sobat atau kesempatan kelompok lainnya, bukan mustahil sobat atau kelompok lainnya akan mencicipi ketidakadilan dan antipati atau memusuhi Anda atau kelompok Anda. Demikian pula dengan pertentangan, tidak selalu kontradiksi itu buruk, kalau terjadi dan selalu merujuk pada keteraturan sosial serta tanpa kekerasan dan ancaman, bukan mustahil sebuah kontradiksi akan menghasilkan sesuatu yang baik.

Dari uraian tersebut, kiranya perlu untuk Anda ketahui juga mengenai bentuk-bentuk interaksi disosiatif. Walaupun proses sosial ini kurang mendorong terciptanya keteraturan sosial, bahkan cenderung ke arah oposisi yang berarti cara yang bertentangan dengan seseorang ataupun kelompok untuk mencapai tujuan tertentu, ada juga keuntungannya demi tercipta suatu keteraturan sosial. Proses disosiatif sanggup dibedakan ke dalam tiga bentuk sebagai diberikut.

a. Persaingan

Persaingan (competition) yakni suatu proses sosial kadab banyak sekali pihak saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Persaingan terjadi apabila beberapa pihak menginginkan sesuatu yang jumlahnya sangat terbatas atau sesuatu yang menjadi sentra perhatian umum. Contohnya persaingan 12 besar para penyanyi dalam program Aksejuki Fantasi Indonesia (AFI) yang disiarkan salah satu stasiun televisi swasta.

Persaingan dilakukan dengan norma dan skor yang diakui bersama. Kecil kemungkinan persaingan memakai kekerasan atau ancaman. Dengan kata lain, persaingan dilakukan secara sehat atau sportif. Misalnya, dalam sepakbola dikenal istilah fair play. Hasil dari suatu persaingan akan diterima dengan kepala cuek oleh banyak sekali pihak yang bersaing, tanpa ada rasa dendam, lantaran semenjak awal, tiap pihak telah menyadari akan ada yang menang dan kalah. Oleh lantaran itu, persaingan sangat baik bagi Anda untuk meningkatkan prestasi, contohnya untuk menjadi juara kelas.

Persaingan mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai diberikut.
  1. Menyalurkan impian individu atau kelompok yang sama-sama menuntut dipenuhi, padahal susah dipenuhi tiruananya secara serentak.
  2. Menyalurkan kepentingan serta skor-skor dalam masyarakat, terutama yang menimbulkan konflik.
  3. Menyeleksi individu yang pantas memperoleh status dan kiprah yang sesuai dengan kemampuannya.
b. Kontravensi

Kontravensi (contravention) yakni proses sosial yang ditandai adanya ketidakpuasan, ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan terhadap kepribadian seseorang atau kelompok yang tidak diungkapkan secara terbuka. Kontravensi yakni perilaku menentang secara tersembunyi supaya tidak hingga terjadi perselisihan secara terbuka. Penyebab kontravensi antara lain perbedaan pendirian antara kalangan tertentu dengan kalangan lain dalam masyarakat, atau sanggup juga dan pendirian masyarakat, teladan jenis ini yakni perang dingin. Perang cuek merupakan kontravensi lantaran tujuannya menciptakan lawan tidak tenang atau resah. Dalam hal ini, lawan tidak diserang secara fisik, tetapi secara psikologis. Melawan secara psikologis merupakan hal yang tersembunyi (tidak terbuka).

Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, terdapat lima bentuk kontravensi, yaitu sebagai diberikut.
  1. Kontravensi umum, contohnya penolakan, perlawanan, protes, gangguan, dan mengancam pihak lawan.
  2. Kontravensi sederhana, contohnya menyangkal pernyataan orang di depan umum, dan memaki melalui surat selebaran atau mencerca.
  3. Kontravensi intensif, contohnya penghasutan, penyebaran desasdesus, dan memfitnah.
  4. Kontravensi rahasia, contohnya pembocoran rahasia, khianat, dan subversi.
  5. Kontravensi taktis, contohnya mengejutkan pihak lawan, provokasi, dan intimidasi.
Akibat positif dari adanya kontravensi yang mengarah pada terjadinya keteraturan sosial, yaitu sebagai diberikut.
  1. Dalam diskusi ilmiah, dan seminar-seminar wacana permasalahan tertentu, biasanya perbedaan pendapat justru diharapkan untuk melihat kelemahan-kelemahan suatu pendapat sehingga sanggup ditemukan pendapat atau pilihan-pilihan yang ludang kecepeh besar lengan berkuasa sebagai jalan keluar suatu pemecahan duduk kasus yang diseminarkan tersebut.
  2. Menambah rasa mempunyai atau kesatuan yang besar lengan berkuasa (solidaritas) dalam kelompok. Misalnya, dengan adanya kontradiksi antara suatu kelompok dan kelompok lainnya, persatuan kelompok akan ludang kecepeh besar lengan berkuasa dari setiap anggotanya, bahkan mereka merasa ludang kecepeh bersahabat dan siap berkorban demi kelompoknya untuk menghadapi bahaya yang tiba dari luar.
  3. Mendorong adanya perubahan atau memperbaiki kelemahan-kelemahan sehingga mempunyai sesuatu yang ludang kecepeh benar dan baik lagi.
c. Pertikaian

Pertikaian merupakan bentuk lanjut dari kontravensi. Hal ini disebabkan, di dalam pertikaian, perselisihan sudah bersifat terbuka. Pertikaian terjadi lantaran semakin tajamnya perbedaan antara kalangan tertentu dalam masyarakat. Semakin tajam perbedaan menimbulkan amarah dan rasa benci yang mendorong tindakan untuk melukai, menghancurkan, atau menyerang pihak lain. Pertikaian terperinci sekali mengarah pada disintegrasi antar individu ataupun kelompok.

d. Konflik

Pertentangan atau konflik (conflict) yakni suatu usaha individu atau kelompok sosial untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai bahaya dan kekerasan. Pengertian konflik yang paling sederhana yakni saling memukul (configere). Namun, konflik tidak hanya berwujud kontradiksi fisik semata. Dalam definisi yang ludang kecepeh luas, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua pihak atau ludang kecepeh, yang di dalamnya pihak yang satu berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.

Sebagai proses sosial, konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan yang susah didamaikan. Perbedaan tersebut antara lain menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, dan keyakinan. Konflik merupakan situasi masuk akal dalam setiap masyarakat. Bahkan, tidak ada satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik, entah dalam cakupan kecil ataupun besar. Konflik dalam cakupan kecil, contohnya konflik dalam keluarga. Adapun konflik dalam cakupan besar, contohnya konflik antar golongan atau antar kampung.

Beberapa faktor yang mengakibatkan terjadinya konflik yakni sebagai diberikut.
  1. Perbedaan individu yang mencakup perbedaan pendirian dan perasaan.
  2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda pula.
  3. Perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok, di antaranya menyangkut bidang ekonomi, politik, dan sosial.
  4. Perubahan-perubahan skor yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Konflik mempunyai bentuk-bentuk khusus, di antaranya:
  1. konflik pribadi,
  2. konflik rasial,
  3. konflik antar kelas sosial,
  4. konflik politik dan konflik internasional.
Konflik adakala dibutuhkan dalam suatu kelompok atau organisasi sosial. Adanya kontradiksi dalam suatu kelompok atau organisasi sosial merupakan hal biasa. Apabila dari kontradiksi tersebut sanggup dihasilkan kesepakatan, akan terwujud integrasi yang ludang kecepeh bersahabat dari sebelumnya. Konflik juga akan membawa jawaban positif asalkan duduk kasus yang dipertentangkan dan kalangan yang bertentangan memang konstruktif. Artinya, konflik itu sama-sama dilandasi kepentingan menjadikan masyarakat ludang kecepeh baik. 


Contohnya, konflik mengenai kebebasan informasi. Kalangan yang satu menghendaki bebasnya info dengan alasan melatih masyarakat untuk menyaring info secara mandiri. Kalangan yang lain menghendaki adanya forum sensor lantaran khawatir adanya info yang tidak mendidik. Kedua kalangan sama-masa menginginkan masyarakat yang semakin berkelas.
Advertisement

Iklan Sidebar